Selasa, 08 Juni 2010

Tidak hanya Indonesia, Jepang juga bermasalah dengan kasus pencabulan di angkutan umum. Bahkan di Jepang, para pencabul ini sampai membuat paguyuban dan melakukan tindakan terorganisir.

Para pencabul ini disebut dengan istilah 'Chikan' dan sudah lama menjadi penyakit masyarakat Jepang terutama di Tokyo sejak tahun 1990-an. Para pria hidung belang ini beraksi di kereta bawah tanah Tokyo, terutama jurusan Chuo yang melewati stasiun Shinjuku, stasiun paling ramai dan sibuk.

Chikan ini bahkan menjadi informasi penting untuk para turis dan ekspatriat perempuan di Jepang. Berbagai situs informasi untuk orang asing di Jepang meminta kewaspadaan terhadap aksi Chikan.

Misalnya saja situs www.japanfortheuninvited.com. Situs ini dan banyak situs lain mengungkapkan bahwa para pencabul ini bahkan sampai membuat paguyuban. Salah satu yang terkenal adalah Chikan Tomo no Kai (Persaudaraan Pencabul).

Chikan Tomo no Kai ini didirikan oleh Shigeru Oohori, seorang pegawai kantoran. Dia menghimpun sekitar 40 orang yang merupakan guru, pejabat, karyawan dan bahkan agamawan. Mereka kerap berkumpul mengatur strategi, lalu melakukan pencabulan.

Polisi bukannya tidak memerangi mereka. Koran Inggris, Guardian.co.uk edisi 17 Mei 2009 menulis kalau polisi di Tokyo pernah mengungkap temuan lebih dari 100 situs dan forum internet dari berbagai paguyuban Chikan ini.

Para Chikan ini ternyata memiliki jaringan kerja dan aksi. Mereka saling berbagi petunjuk untuk melakukan aksi, termasuk cara lari dari kejaran polisi di setiap stasiun kereta.

Polisi Tokyo menangkap 1.500-1.800 orang setahun. Bahkan operator kereta Japan Railways, sudah membuat gerbong khusus perempuan sejak 10 tahun lalu. Namun itu semua gagal menghentikan aksi para Chikan di Jepang.

Rupanya ada beberapa hal yang membuat Chikan sulit diberantas. Yang pertama adalah sifat perempuan Jepang yang pemalu untuk mengungkapkan pelecehan seksual yang dialaminya. Yang kedua, sebagian perempuan juga membiarkan dengan tujuan untuk memeras pria dengan tuduhan pencabulan.

0 komentar:

Posting Komentar